Hotel
Ketika saya memberikan training di Jakarta, saya sungguh terkesan dengan tempat yang saya inapi. Sebuah konsep yang luar biasa, ketika sebuah apartemen disulap menjadi sebuah hotel, dimana Anda akan merasakan standard hotel bintang tiga dengan harga melati.
Dengan menyulap beberapa kamar di apartemen tersebut menjadi sebuah kamar hotel, tamu akan menikmati semua fasilitas yang ada di apartemen tersebut, dari parkir hingga poolnya dengan tarif sangat di bawah hotel setaraf bintang tiga.
Apalagi management hanya mempekerjakan dalam satu shift dua orang saja, sungguh benar - benar keterlaluan low cost nya 😁😁😁
Tapi saya suka itu. Efisiensi dan menekan biaya dengan tidak mengurangi kenyamanan konsumen memang sangat perlu dalam dunia bisnis kompetitif sekarang ini. Sayangnya, dengan pertumbuhan apartemen yang sangat tinggi di Jogja, saya tengok, belum ada investor yang melirik membuat konsep seperti itu. Padahal jika ada, itu sangat menarik bagi dunia pariwisata, terutama untuk backpacker dan biro travel yang bermain di segmen low budget package. Di Jogja, konsep tersebut hanya sebatas kost excecutive yang disulap menjadi penginapan dan homestay yang bisa dikatakan masih sangat jauh dari standard setara hotel berbintang. Atau jika tidak, management apartement itu sendiri yang membuat apartement sekaligus menjadi sebuah hotel, yang tentu saja tidak seefisien costnya jika dibanding dengan investor kecil - kecilan seperti yang ada di Jakarta tersebut
Jika kita tengok kota - kota macam Bangkok, Pattaya dan Singapore, konsep apartemen menjadi standard hotel berbintang itu sudah hal yang lumrah, selumrah kita jual paket tour murah 😀😀😀
Selasa, 13 Agustus 2019
Kuta
Pertama kali menginjak daerah Kuta Selatan, kesan pertama saya langsung terbayang Gunung Kidul. Daerah perbukitan kapur yang gersang, dimana sangat musykil buat pertanian. Boro2 buat menanam padi, untuk sejenis palawija saja sepertinya tidak bakalan subur. Tapi taukah Anda, harga tanah di Kuta Selatan itu prosentase kenaikannya melebihi harga tanah di daerah manapun di Indonesia. Banyak investor asing yang membangun villa,resort, bahkan pantai2 privat di sekitar Kuta Selatan. Hal ini karena tidak terlepas dari dukungan masyarakat setempat dalam ikut menunjang dan menggalakkan potensi wisata di wilayah Kuta Selatan.
Tidak jauh berbeda dengan wilayah Gunung Kidul yang hampir mirip dilihat dari kontur geografisnya. Cuma yang sangat disayangkan, dan ini juga menjadikan perbedaan mendasar antara Gunung Kidul dan Kuta Selatan adalah masih saja ada oknum pelaku wisata di Gunung Kidul yang terlalu mengkomersilkan spot spot wisata, sperti keluhan mahalnya harga naik tambang dan transport menuju Pantai Timang atau perebutan hak kelola Gua Pindul. Saya bandingkan dengan Pantai Pandawa. Walau secara kontur tidak jauh berbeda dengan Pantai Sepanjang, tetapi di sana sewa kano pun saya mendapatkan harga dengan tarif yang wajar. Tidak cukup itu saja, saya juga mendapatkan pemandu+driver yang tidak terlalu berpikir untuk memaksakan kehendak agar saya berbelanja atau membeli sesuatu di toko A B atau C hanya demi mencari komisi dan harga sewa kendaraannya pun sangat sangat wajar. Semoga ini bisa menjadi catatan buat pelaku wisata di Jogja dan sekitarnya, bahwa usaha wisata di Jogja itu tidak hanya untuk sekarang saja pas booming, tetapi sustainable...berkelanjutan
Kuta Selatan Badung 20 Sept 2018
Belajar Piknik 😁😁
Pertama kali menginjak daerah Kuta Selatan, kesan pertama saya langsung terbayang Gunung Kidul. Daerah perbukitan kapur yang gersang, dimana sangat musykil buat pertanian. Boro2 buat menanam padi, untuk sejenis palawija saja sepertinya tidak bakalan subur. Tapi taukah Anda, harga tanah di Kuta Selatan itu prosentase kenaikannya melebihi harga tanah di daerah manapun di Indonesia. Banyak investor asing yang membangun villa,resort, bahkan pantai2 privat di sekitar Kuta Selatan. Hal ini karena tidak terlepas dari dukungan masyarakat setempat dalam ikut menunjang dan menggalakkan potensi wisata di wilayah Kuta Selatan.
Tidak jauh berbeda dengan wilayah Gunung Kidul yang hampir mirip dilihat dari kontur geografisnya. Cuma yang sangat disayangkan, dan ini juga menjadikan perbedaan mendasar antara Gunung Kidul dan Kuta Selatan adalah masih saja ada oknum pelaku wisata di Gunung Kidul yang terlalu mengkomersilkan spot spot wisata, sperti keluhan mahalnya harga naik tambang dan transport menuju Pantai Timang atau perebutan hak kelola Gua Pindul. Saya bandingkan dengan Pantai Pandawa. Walau secara kontur tidak jauh berbeda dengan Pantai Sepanjang, tetapi di sana sewa kano pun saya mendapatkan harga dengan tarif yang wajar. Tidak cukup itu saja, saya juga mendapatkan pemandu+driver yang tidak terlalu berpikir untuk memaksakan kehendak agar saya berbelanja atau membeli sesuatu di toko A B atau C hanya demi mencari komisi dan harga sewa kendaraannya pun sangat sangat wajar. Semoga ini bisa menjadi catatan buat pelaku wisata di Jogja dan sekitarnya, bahwa usaha wisata di Jogja itu tidak hanya untuk sekarang saja pas booming, tetapi sustainable...berkelanjutan
Kuta Selatan Badung 20 Sept 2018
Belajar Piknik 😁😁
Kadang kita sibuk menengadah ke atas.Silau melihat orang-orang yang telah sukses dan merasa diri kita paling susah sedunia 😄😄😄, padahal ibarat di atas langit masih ada langit..begitupun di bawah tanah masih ada tanah. Ada seorang ibu dari Pakis, sebuah wilayah di bawah lereng Gunung Merbabu, tiap pagi berangkat mencari sesuap nasi ke kota Jogja bersama buah hatinya yang masih berusia 16 bulan. Mengemis?? Oh tidak saudaraku, beliau berjualan berbagai macam peyek, dan ketika bertemu ibu ini, saya jadi malu sendiri, ternyata beliau lebih mulia daripada saya. Semoga laris dagangannya ya Ibu 🙏🙏🙏
Emperan Indomaret, 5 Agustus 2019
Emperan Indomaret, 5 Agustus 2019
Langganan:
Komentar (Atom)



